Jumat, 06 September 2013

SUB UNIT MERGAN : Pembinaan Teknis Proses Pembuatan Kompos


Oleh : Kurnia Wibisana Prabowo (10/300847/TP/09885)


          Pertanian organik merupakan proses pengolahan lahan pertanian yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan dengan tidak merusak SDA didalamnya sehingga rantai makanan dapat tetap bekerja dengan baik. Dengan demikian hasilnya pun (khususnya beras) dapat maksimal baik dari segi kualitas ataupun kuantitasnya. Namun sekarang ini, khususnya di Dusun Mergan, petani masih menggunakan pupuk kimia untuk mengolah lahan pertaniannya sehingga rata-rata lahan seluas 1 hektar hanya dapat menghasilkan gabah sekitar 4 sampai 5 ton. Hal tersebut dikarenakan rantai makanan yang ada di sawah tidak terkelolah dengan baik sehingga hanya didominasi oleh hewan tertentu -misalkan tikus- yang menyebabkan banyak gabah dimakan oleh tikus sehingga dapat menurunkan kuantitas dan kualitas hasil panen. Padahal jika warga mengolah lahannya dengan cara cara yang organik, seperti halnya jika menggunakan kompos maka hasilnya dapat mencapai 9-10 ton gabah per hektar. Dengan demikian dapat meningkatkan ekonomi warga khususnya kelompok tani di dusun mergan.
 Pertanian organik merupakan proses pengolahan lahan pertanian yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan dengan tidak merusak SDA didalamnya sehingga rantai makanan dapat tetap bekerja dengan baik. Dengan demikian hasilnya pun (khususnya beras) dapat maksimal baik dari segi kualitas ataupun kuantitasnya. Namun sekarang ini, khususnya di Dusun Mergan, petani masih menggunakan pupuk kimia untuk mengolah lahan pertaniannya sehingga rata-rata lahan seluas 1 hektar hanya dapat menghasilkan gabah sekitar 4 sampai 5 ton. Hal tersebut dikarenakan rantai makanan yang ada di sawah tidak terkelolah dengan baik sehingga hanya didominasi oleh hewan tertentu -misalkan tikus- yang menyebabkan banyak gabah dimakan oleh tikus sehingga dapat menurunkan kuantitas dan kualitas hasil panen. Padahal jika warga mengolah lahannya dengan cara cara yang organik, seperti halnya jika menggunakan kompos maka hasilnya dapat mencapai 9-10 ton gabah per hektar. Dengan demikian dapat meningkatkan ekonomi warga khususnya kelompok tani di dusun mergan.
Melihat permasalahan yang ada pada petani di Dusun mergan ini, saya memutuskan melakukan pembinaan teknis proses pembuatan kompos sebagai awalan agar lahan lahan yang telah rusak oleh bahan kimia tidak bertambah rusak. Meskipun petani tidak bisa langsung merasakan hasil dari penggunaan kompos tersebut, setidaknya itu dapat dijadikan sebagai awalan untuk memulai pertanian yang organik. Memang butuh waktu 3 sampai 4 kali panen untuk bisa merasakan hasil dari penggunaan kompos. Namun tidak ada salahnya ketika itu bisa coba. Kerena kunci keberhasilan tidak akan dapat dicapai oleh sesuatu yang serba instant.
            Pembinaan teknis proses pembuatan kompos tersebut dilakukan pada hari jum’at tanggal 02 Agustus 2013 yang bertempat di rumah Bapak Sukirno. Pembinaan tersebut berlangsung sekitar 2 jam hingga kompos siap ditutup dengan terpal. Pembinaan dimulai pada pukul 13.00 s.d. pukul 15.00. setelah kompos ditutup terpal, maka kompos dibiarkan selama sekitar 22 hari hingga kompos siap untuk digunakan oleh petani. Kompos tersebut tidak perlu di aduk aduk tiap harinya karena sudah ada bakteri (decomposer) yang berfungsi untuk mengurai bahan bahan pembuat kompos tersebut khususnya kotoran sapi. mereka yang hadir adalah pak dukuh dan bapak-bapak yang tergabung dalam kelompok tani mergan. Awalnya bahan-bahan yang harus disiapkan untuk dapat memulai proses pengomposan tersebut ialah kotoran sapi, kapur dolomit, tanah di bawah pohon bamboo, terpal, dan decomposer (pengurai). Setelah bahan bahan telah siap maka proses pembuatan kompos dapat dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar