Oleh : Kurnia Wibisana Prabowo
(10/300847/TP/09885)
Pertanian organik merupakan proses pengolahan
lahan pertanian yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan dengan tidak merusak
SDA didalamnya sehingga rantai makanan dapat tetap bekerja dengan baik. Dengan
demikian hasilnya pun (khususnya beras) dapat maksimal baik dari segi kualitas
ataupun kuantitasnya. Namun sekarang ini, khususnya di Dusun Mergan, petani
masih menggunakan pupuk kimia untuk mengolah lahan pertaniannya sehingga
rata-rata lahan seluas 1 hektar hanya dapat menghasilkan gabah sekitar 4 sampai
5 ton. Hal tersebut dikarenakan rantai makanan yang ada di sawah tidak
terkelolah dengan baik sehingga hanya didominasi oleh hewan tertentu -misalkan
tikus- yang menyebabkan banyak gabah dimakan oleh tikus sehingga dapat
menurunkan kuantitas dan kualitas hasil panen. Padahal jika warga mengolah
lahannya dengan cara cara yang organik, seperti halnya jika menggunakan kompos
maka hasilnya dapat mencapai 9-10 ton gabah per hektar. Dengan demikian dapat
meningkatkan ekonomi warga khususnya kelompok tani di dusun mergan.
Pertanian organik merupakan proses pengolahan
lahan pertanian yang memperhatikan aspek-aspek lingkungan dengan tidak merusak
SDA didalamnya sehingga rantai makanan dapat tetap bekerja dengan baik. Dengan
demikian hasilnya pun (khususnya beras) dapat maksimal baik dari segi kualitas
ataupun kuantitasnya. Namun sekarang ini, khususnya di Dusun Mergan, petani
masih menggunakan pupuk kimia untuk mengolah lahan pertaniannya sehingga
rata-rata lahan seluas 1 hektar hanya dapat menghasilkan gabah sekitar 4 sampai
5 ton. Hal tersebut dikarenakan rantai makanan yang ada di sawah tidak
terkelolah dengan baik sehingga hanya didominasi oleh hewan tertentu -misalkan
tikus- yang menyebabkan banyak gabah dimakan oleh tikus sehingga dapat
menurunkan kuantitas dan kualitas hasil panen. Padahal jika warga mengolah
lahannya dengan cara cara yang organik, seperti halnya jika menggunakan kompos
maka hasilnya dapat mencapai 9-10 ton gabah per hektar. Dengan demikian dapat
meningkatkan ekonomi warga khususnya kelompok tani di dusun mergan.
Melihat
permasalahan yang ada pada petani di Dusun mergan ini, saya memutuskan
melakukan pembinaan teknis proses pembuatan kompos sebagai awalan agar lahan
lahan yang telah rusak oleh bahan kimia tidak bertambah rusak. Meskipun petani
tidak bisa langsung merasakan hasil dari penggunaan kompos tersebut, setidaknya
itu dapat dijadikan sebagai awalan untuk memulai pertanian yang organik. Memang
butuh waktu 3 sampai 4 kali panen untuk bisa merasakan hasil dari penggunaan
kompos. Namun tidak ada salahnya ketika itu bisa coba. Kerena kunci
keberhasilan tidak akan dapat dicapai oleh sesuatu yang serba instant.
Pembinaan
teknis proses pembuatan kompos tersebut dilakukan pada hari jum’at tanggal 02
Agustus 2013 yang bertempat di rumah Bapak Sukirno. Pembinaan tersebut
berlangsung sekitar 2 jam hingga kompos siap ditutup dengan terpal. Pembinaan dimulai
pada pukul 13.00 s.d. pukul 15.00. setelah kompos ditutup terpal, maka kompos
dibiarkan selama sekitar 22 hari hingga kompos siap untuk digunakan oleh
petani. Kompos tersebut tidak perlu di aduk aduk tiap harinya karena sudah ada bakteri
(decomposer) yang berfungsi untuk mengurai bahan bahan pembuat kompos tersebut
khususnya kotoran sapi. mereka yang hadir adalah pak dukuh dan bapak-bapak yang
tergabung dalam kelompok tani mergan. Awalnya bahan-bahan yang harus disiapkan
untuk dapat memulai proses pengomposan tersebut ialah kotoran sapi, kapur
dolomit, tanah di bawah pohon bamboo, terpal, dan decomposer (pengurai). Setelah
bahan bahan telah siap maka proses pembuatan kompos dapat dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar